Catatan
: Albakti Hasibuan,SIP.
Wartawan
Tabloid POLMAS
Pelaksanaan peringatan Hari pendidikan nasional (Hardiknas) yang jatuh
pada tanggal 2 mei 2011 di peringati di lapangan bola kaki lima
puluh kota , kecamatan lima puluh kabupaten batu bara.
Acara peringatan ini dihadiri oleh seluruh unsur pejabat dan mayarakat
kabupaten batu bara serta beberapa tokoh yang berasal dari luar kabupaten batu
bara.
Pada peringatan hardiknas kali
ini diadakan juga penyerahan secara simbolis SK. CPNS, pemberian penghargaan
kepada Pengawas sekolah berprestasi, guru berprestasi, siswa berprestasi, tokoh
masyarakat peduli pendidikan serta kepala sekolah berprestasi. Acara
berlangsung tertib dan penuh kesemarakan.
Namun pada saat yang sama coba kita lihat acara peringatan Hardiknas di
pelosok kabupaten ini. Acara berlangsung penuh dengan kesederhanaan tanpa ada
umbul umbul kebesaran.
Mari kita lihat sisi lain dari Peringatan kali ini, saya mengamati
mereka mulai saat para siswa dan guru datang kesekolah. Guru-guru datang dengan
memakai seragam PGRI kelihatannya mereka cukup bersemangat walau kepala sekolah
mereka tidak ikut hadir disekolah mereka pada hari itu dikarenakan, para kepala
sekolah harus mengikuti acara peringatan Hardiknas di kota kabupaten bersama dengan bupati dan
pejabat daerah yang lain.
Anak anak pelajar SD pun sudah tiba disekolah mereka memakai seragam
putih-merah. terlihat mereka ceria, bergembira dan bercanda dengan teman-teman
mereka. Sepertinya ada kerinduan antara mereka karena sehari sebelum hari ini
mereka tidak berjumpa karena libur hari minggu.
Hari itu hujan rintik-rintik menyirami sekolah ini, anak anak terlihat
berkumpul didalam kelas juga di teras depan sekolah walau ada satu dua siswa
yang berjalan dilapangan sekolah menuju warung untuk sekedar membeli sarapan
pagi.
Jam 08.30 lonceng dipukul seorang guru laki-laki yang masih berstatus
honorer, anak anak terlihat berlari dan berjalan cepat menuju lapangan untuk
berbaris. Aba
aba untuk berbaris dengan tertib terdengar tegas dari seorang guru, anak anak
yang mendapat giliran untuk menjadi petugas upacara mengambil posisi, upacara
pun digelar.
setelah barisan rapi inspektur upacara memasuki lapangan upacara. Saat
sang merah putih dinaikkan ketiang dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia raya seluruh siswa menyanyikannya
dengan sikap tegak sempurna, bibir mereka bergetar sepertinya tak satu huruppun
luput dari ucapan mereka, lagu Indonesia
raya sempurna mereka perdengarkan inilah suatu pertanda Nasionalisme tumbuh
dijiwa dan setiap tetes darah mereka.
Saat mengheningkan cipta kepala tertunduk khidmat penuh jiwa tak
seorangpun yang menengadahkan kepala mereka sampai aba aba….. hening cipta
selesai…..diucapkan sang Pembina upacara. Inilah sebuah tanda mereka adalah
anak anak yang patuh tunduk pada sebuah nilai kebenaran.
Saya tersentak sebentar mengapa di tengah tengah kita saat ini begitu
banyak masalah tentang nasionalisme dan kepatuhan pada negara yang
dipertanyakan? Anak anak kita adalah
anak yang cerdas, memiliki nasionalisme dan anak yang patuh tetapi, saat mereka
beranjak dewasa mengapa mereka berubah?
Amanat Bupati Batu Bara dalam lembaran pidatonya mengulas pentingya “Pendidikan
berbasis karakter” dengan jelas
disampaikan bahwa karakter yang ingin kita bangun bukan hanya karakter berbasis
kemuliaan diri semata akan tetapi bersamaan membangun karakter kemuliaan
sebagai bangsa. Karater yang ingin kta bangun bukan hanya kesantunan tetapi
juga menumbuhkan kepenasaran intelektual sebagai modal membangun kreatifitas
dan daya inovasi.(Pidato Bupati Batu Bara Pada
Hardiknas, 2mei 2011)
Yah..kita harus berkarakter, kalau boleh
sedikit berpikir rumit, apakah karakter dapat dibangun hanya dengan slogan
semata? tentu saja tidak. Dunia pendidikan yang merupakan sebuah dunia yang
begitu cepat dalam mentrasformasikan ilmu dan pengetahuan tentu saja harus
dilakukan pembenahan terlebih dahulu.
Karakter
akan dapat ditularkan kepada generasi kita apabila yang menularkan karakter
tersebut adalah orang yang sudah memiliki karakter (berkarakter). Para intelektual dan elit (pejabat pemerintah, pemerhati
dan pelaku dunia pendidikan) apakah sudah menyadari dan memahami kemampuan diri
dan kapasitas diri apakah sudah layak menjadi seorang pemberi pelajaran dan
ilmu pengetahuan yang berbasis karakter.
Sepertinya
hanya akan menjadi mimpi bila semua sector pendidikan belum dilakukan
pembenahan secara menyeluruh.
Anggaran
pendidikan yang mencapai 20% dari APBN belum cukup sebagai jaminan untuk
keberhasilan dunia pendidikan kita bila tidak diikuti dengan perbaikan dibidang
sumber daya manusia. Guru dan tenaga pengajar haruslah benar benar sebuah
pribadi yang mumpuni baik secara
intelektual maupun moral. Pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan
para guru sekaligus melakukan seleksi secara ketat proses rekruitmen seorang
guru. Paling tidak jelas latar belakang pendidikannya dan standart kemapuan
penguasaan keilmuannya.
Kalau
boleh kita mengutip sebuah pernyataan dari seorang pakar pendidikan PBB yang
saya lupa namanya, dia mengatakan bahwa….” Insfrastruktur yang baik dan mewah
tidak menjamin Proses pendidikan dan
pembelajaran berjalan apabila sumber daya manusia yang mengelolanya lemah, dan
sebaliknya proses pendidikan dan pembelajaran akan bisa berjalan bila
sumberdaya manusia yang mengelolanya kuat
walau insfrastukturnya pas-pasan”.
Nah
sekarang mari bersama kita menganalisa dimana kelemahan kita…mari bersama kita
berbenah demi masa depan Indonesia .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar